Saturday, May 9, 2009

Semalem Ikutan Jakarta Night Heritage Trail (JNHT)



SANGAT MEMUASKAN! Keinginan saya untuk jalan (kaki) disekitar kota tua Jakarta yang sudah bertahun-tahun berupa sebuah keinginan saja akhirnya terpenuhi. Saya akhirnya bisa melihat bangunan tua dari dekat dan bahkan memasuki sebagian bangunan-bangunan itu. Pengaturan yang bagus sekali oleh penyelenggara, harga tour yang sangat reasonable dan makan malam berupa nasi ulam yang luar biasa mantaaappppp!


Sayang kotaku ini hanya punya sedikit sekali gedung tua yang masih bisa dilihat hari-hari ini.


Sedikit berbagi cerita mengenai rute yang dilalui: Berangkat dari Musium Bank Mandiri (MBM). Rombongan dibawa berkeliling dulu dalam gedung musium ini. Disini banyak disimpan peralatan dagang dan bank jaman dulu. Mulai dari kalkulator, mesin ketik, mesin ATM generasi pertama, safe deposit box dan tentu saja yang wajib dimiliki oleh bank adalah brankas. Juga buku besar bank jaman dulu ukurannya luar biasa. kira-kira 50 x 75 cm! Kejutan adalah tentang lantai basement yang pernah digunakan sebagai lantai penyimpan brankas tetapi pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai ruangan untuk memenjarakan orang Belanda. Barangkali terjadi penyiksaan tahanan juga disitu?!


Perhentian kedua adalah Taman Fatahilah kemudian berjalan lurus kearah utara, melalui Jalan Cengkeh. Sepanjang Jalan Cengkeh dulunya adalah rumah-rumah pejabat Belanda. Sayang, lagi-lagi sayang, tidak ada satu bangunan rumah pun tersisa. Semua sudah jadi ruko dan semua ruko itu menjual peralatan atau suku cadang kapal. Sekitar Jalan Cengkeh, semua 'straat' disitu menggunakan nama hasil bumi: Jalan Teh dan Jalan Kopi - itu yang saya lihat. Rupanya Belanda sangat tergila-gila pada hasil bumi Indonesia.


Terus berlanjut mengarah ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Kapal2 kayu yang besar-besar itu kukira sudah tidak digunakan. Ternyata masih aktif padahal kalau lihat fisiknya, ngeriiiiiiiii.... Badan kapal dibuat dari kayu dan penuh lubang disana-sini. Nggak takut tenggelam ya?


Perhentian ketiga adalah Musium Bahari dan Menara Syahbandar (Uitkijk Post). Ini menara pengawas keluar masuk kapal. Saya beranikan naik keatas menara padahal bangunan itu sekarang sudah miring sekali karena tanahnya mblesek akibat truk-truk bermuatan besar yang sekarang berlalu lalang disitu tiap menit.


Keempat adalah galangan kapal VOC. Sayang sampai disitu sudah gelap. Saya tidak bisa ambil foto dinding yang ada pahatan lambang VOC padahal antik banget. Oh ya, galangan kapal VOC ini sekarang jadi rumah makan Cina yang waaaaaahhh........


Selebihnya adalah akhir dari perjalanan yaitu ke gedung Cipta Niaga. Sebuah gedung kosong berlantai tiga atau empat. Barangkali ada yang sudah pernah dengar bahwa gedung ini digunakan untuk syuting film Ayat-ayat Cinta.

Perhentian di gedung Cipta Niaga bisa dikatakan merupakan puncak tujuan saya ikut tour ini. Rombongan boleh masuk ke gedung kosong itu. Tidak ada apa-apa yang bisa dilihat. Selain karena tidak ada barang untuk dilihat, gedungnya juga tanpa penerangan sama sekali. Saya sendiri tidak ikut naik sampai ke lantai atas karena bau debu sangat menyengat. Saya tidak tahan bau debu, bisa bersin dan kemudian pilek.


Selesai dari situ, jalan kembali ke MBM, melewati depan Musium Wayang. Saya sangat ingin mampir tapi jam berkunjung sudah habis. Kabarnya, didalamnya ada batu nisan JP Coen. Hanya batu nisan, tulang belulangnya sudah dibawa ke negeri Belanda.


Sampai di taman dalam gedung MBM sudah jam 20:30. Nasi ulam sudah tersedia. Enak banget - bumbunya, hmm......... Buat orang berselera terhadap makanan berbumbu seperti saya, it was really above my expectation! Terdiri dari: nasi, daging dendeng, semur tahu, telur dadar, bihun goreng, perkedel kentang, kerupuk, emping, lalap ketimun dan daun kemangi. Plus sambel kacang yang luar biasa pedes en lagi-lagi mantaaapppppp! Makannya sambil nonton film tempo doeloe pula! En penyelenggara masih memberikan kata pengantar dan komentar atas film yang diputar serta bagi-bagi door prize!

Sungguh, saya tidak melebih-lebihkan, wisata ini: 'Just pas' buat generasi seangkatan saya yang sudah bertahun-tahun menetap di Jakarta (lebih parah lagi buat saya karena saya lahir di Jakarta), belum mengenal sejarah kotanya sendiri, jenuh dengan rutinitas kerja sehari-hari, dan yang sudah bosan saban weekend mengunjungi mall!

Seluruh acara berlangsung dari pukul 15:00 s.d. 21:15



PS: Foto diatas adalah Pasar Baru Tahun 1949. Tidak termasuk bagian dari JNHT. Tapi itu foto yang saya anggap paling mewakili untuk menambah kesan 'oldies' pada tulisan ini.

No comments:

Post a Comment